• Posted by : OfficialTeam Selasa, 09 Juli 2013

    Suster Cantik sebut saja Rie, Cerita ini terjadi beberapa tahun yang lalu, dimana saat itu saya sedang dirawat di rumah sakit untuk beberapa hari. Saya masih duduk di kelas 2 SMA pada saat itu.
    Dan dalam urusan asmara, khususnya "bercinta" saya sama sekali belum memiliki pengalaman berarti. Saya tidak tahu bagaimana memulai cerita ini, karena semuanya terjadi begitu saja. Tanpa kusadari, ini adalah awal dari semua pengalaman asmaraku sampai dengan saat ini.

    Rie adalah seorang suster rumah sakit dimana saya dirawat. Karena terjangkit gejala pengakit hepatitis, saya harus dirawat di Rumah sakit selama beberapa hari. Selama itu juga Rie setiap saat selalu melayani dan merawatku dengan baik. Orang tuaku terlalu sibuk dengan usaha pertokoan keluarga kami, sehingga selama dirumah sakit, saya lebih banyak menghabiskan waktu seorang diri, atau kalau pas kebetulan teman-temanku datang membesukku saja.
    Yang kuingat, hari itu saya sudah mulai merasa agak baikkan. Saya mulai dapat duduk dari tempat tidur dan berdiri dari tempat tidur sendiri. Padahal sebelumnya, jangankan untuk berdiri, untuk membalikkan tubuh pada saat tidurpun rasanya sangat berat dan lemah sekali. Siang itu udara terasa agak panas, dan pengap.
    Sekalipun ruang kamarku ber AC, dan cukup luas untuk diriku seorang diri. Namun,
    saya benar-benar merasa pengap dan sekujur tubuhku rasanya lengket. Yah, saya memang sudah beberapa hari tidak mandi. Maklum, dokter belum mengijinkan aku untuk mandi sampai demamku benar-benar turun.
    Akhirnya saya menekan bel yang berada disamping tempat tidurku untuk memanggil suster. Tidak lama kemudian, suster Rie yang kuanggap paling cantik dan paling baik
    dimataku itu masuk ke kamarku.
    "Ada apa Dik?" tanyanya ramah sambil tersenyum, manis sekali.
    Tubuhnya yang sintal dan agak membungkuk sambil memeriksa suhu tubuhku membuat saya dapat melihat bentuk payudaranya yang terlihat montok dan menggiurkan.

    "Eh, ini sus. Saya merasa tubuhku lengket semua, mungkin karena cuaca hari ini panas banget dan sudah lama saya tidak mandi. Jadi saya mau tanya, apakah saya sudah boleh mandi hari ini sus?", tanyaku sambil menjelaskan panjang lebar.
    Saya memang senang berbincang dengan suster cantik yang satu ini. Dia masih muda, paling tidak cuma lebih tua 4-5 tahun dari usiaku saat itu. Wajahnya yang khas itupun terlihat sangat cantik, seperti orang India kalau dilihat sekilas.
    "Oh, begitu. Tapi saya tidak berani kasih jawabannya sekarang Dik. Saya musti tanya dulu sama pak dokter apa adik sudah boleh dimandiin apa belum", jelasnya
    ramah.

    Mendengar kalimatnya untuk "memandikan", saya merasa darahku seolah berdesir keatas otak semua. Pikiran kotorku membayangkan seandainya benar Rie mau memandikan dan menggosok-gosok sekujur tubuhku. Tanpa sadar saya terbengong sejenak, dan batang kelaminku berdiri dibalik celana pasien rumah sakit yang tipis itu.
    "Ihh, kamu nakal deh mikirnya. Kok pake ngaceng segala sih, pasti mikir yang ngga-
    ngga ya. hi hi hi".

    Rie ternyata melihat reaksi yang terjadi pada penisku yang memang harus kuakui sempat mengeras sekali tadi. Saya cuma tersenyum menahan malu dan menutup bagian bawah tubuhku dengan selimut.
    "Ngga kok sus, cuma spontanitas aja. Ngga mikir macem-macem kok", elakku sambil melihat senyumannya yang semakin manis itu.
    "Hmm, kalau memang kamu mau merasa gerah karena badan terasa lengket saya bisa mandiin kamu, kan itu sudah kewajiban saya kerja disini. Tapi saya bener-bener ngga berani kalau pak dokter belum mengijinkannya", lanjut Rie lagi
    seolah memancing gairahku.
    "Ngga apa-apa kok sus, saya tahu suster ngga boleh sembarangan ambil keputusa" jawabku serius, saya tidak mau terlihat "nakal" dihadapan suster cantik ini. Lagi pula saya belum pengalaman dalam soal memikat wanita. Suster Rie masih tersenyum seolah menyimpan hasrat tertentu, kemudian dia mengambil bedak Purol yang ada diatas meja disamping tempat tidurku.
    "Dik, saya bedakin aja yah biar ngga gerah dan terasa lengket", lanjutnya sambil membuka tutup bedak itu dan melumuri telapak tangannya dengan bedak. Saya tidak bisa menjawab, jantungku rasanya berdebar kencang. Tahu-tahu, dia sudah membuka kancing pakaianku dan menyingkap bajuku. Saya tidak menolak, karena dibedakin juga bisa membantu menghilangkan rasa gerah pikirku saat itu. Rie kemudian menyuruhku membalikkan badan, sehingga sekarang saya dalam keadaan tengkurap diatas tempat tidur.

    Tangannya mulai terasa melumuri punggungku dengan bedak, terasa sejuk dan halus sekali. Pikiranku tidak bisa terkontrol, sejak dirumah sakit, memang sudah lama saya tidak membayangkan hal-hal tentang seks, ataupun melakukan onani sebagaimana biasanya saya lakukan dirumah dalam keadaan sehat.

    Kelaminku benar-benar berdiri dan mengeras tertimpa oleh tubuhku sendiri yang dalam keadaan tenglungkup. Rasanya ingin kugesek-gesekkan kelaminku di permukaan ranjang, namun tidak mungkin kulakukan karena ada Rie saat ini.
    fantasiku melayang jauh, apalagi sesekali tangannya yang mungil itu meremas pundakku seperti sedang memijat. Terasa ada cairan bening mengalir dari ujung kelaminku karena terangsang.
    Beberapa saat kemudian Rie menyuruhku membalikkan badan.
    Saya merasa canggung bukan main, karena takut dia kembali melihat kelaminku yang ereksi.
    "Iya sus..", jawabku sambil berusaha menenangkan diri, sayapun membalikkan
    tubuhku.
    Kini kupandangi wajahnya yang berada begitu dekat denganku, rasanya dapat kurasakan hembusan nafasnya dibalik hidung mancungnya itu. Kucoba menekan
    perasaan dan pikiran kotorku dengan memejamkan mata.

    Sekarang tangannya mulai membedaki dadaku, jantungku kutahan sekuat mungkin agar tidak berdegup terlalu kencang. Saya benar-benar terangsang sekali, apalagi saat beberapa kali telapak tangannya menyentuh putingku.
    "Ahh, geli dan enak banget", pikirku.
    "Wah, kok jadi keras ya? he he he", saya kaget mendengar ucapannya ini.
    "Ini loh, putingnya jadi keras.. kamu terangsang ya?"

    Mendengar ucapannya yang begitu vulgar, saya benar-benar terangsang. Kelaminku langsung berdiri kembali bahkan lebih keras dari sebelumnya. Tapi saya tidak berani
    berbuat apa-apa, cuma berharap dia tidak melihat kearah kelaminku. Saya cuma tersenyum dan tidak bicara apa-apa. Ternyata Rie semakin berani, dia sekarang bukan lagi membedaki tubuhku, melainkan memainkan putingku dengan jari telunjuknya. Diputar-putar dan sesekali dicubitnya putingku.
    "Ahh, geli sus. Jangan digituin", kataku menahan malu.

    "Kenapa? Ternyata cowok bisa terangsang juga yah kalau putingnya dimainkan gini",
    lanjutnya sambil melepas jari-jari nakalnya.
    Saya benar-benar kehabisan kata-kata, dilema kurasakan. Disatu sisi saya ingin terus di"kerjain" oleh Rie, satu sisi saya merasa malu dan takut ketahuan
    orang lain yang mungkin saja tiba-tiba masuk.
    "Dik steven sudah punya pacar?", tanya Rie kepadaku.
    "Belum sus", jawabku berdebar, karena membayangkan ke arah mana dia akan
    berbicara.
    "Dik steven, pernah main sama cewek ngga?", tanyanya lagi.
    "Belum sus" jawabku lagi.
    "hi.. hi.. hi.. masa ngga pernah main sama cewek sih", lanjutnya centil.
    Aduh pikirku, betapa bodohnya saya bisa sampai terjebak olehnya. Memangnya "main" apaan yang saya pikirkan barusan.
    Pasti dia berpikir saya benar-benar "nakal" pikirku saat itu.
    "Pantes deh, dik steven dari tadi saya perhatiin ngaceng terus, Dik steven mau main-main sama saya ya?
    Wow, nafsuku langsung bergolak. Saya cuma terbengong-bengong.
    Belum sempat saya menjawab, Rie sudah memulai aksinya.
    Dicumbuinya dadaku, diendus dan ditiup-tiupnya putingku.
    Terasa sejuk dan geli sekali, kemudian dijilatnya putingku, dan dihisap sambil
    memainkan putingku didalam mulutnya dengan lidah dan gigi-gigi kecilnya.
    "Ahh, geli sus"m rintihku keenakan.
    Kemudian dia menciumi leherku, telingaku, dan akhirnya mulutku. Awalnya saya cuma diam saja tidak bisa apa-apa, setelah beberapa saat saya mulai berani
    membalas ciumannya.

    Saat lidahnya memaksa masuk dan menggelitik langit-langit mulutku, terasa sangat geli dan enak, kubalas dengan memelintir lidahnya dengan lidahku. Kuhisap lidahnya dalam-dalam dan mengulum lidahnya yang basah itu. Sesekali saya mendorong lidahku kedalam mulutnya dan terhisap oleh mulutnya yang merah tipis itu.
    Tanganku mulai berani, mulai kuraba pinggulnya yang montok itu. Namun, saat saya
    mencoba menyingkap rok seragam susternya itu, dia melepaskan diri.
    "Jangan di sini Dik, ntar kalau ada yang tiba-tiba masuk bias gawat", katanya.
    Tanpa menunggu jawabanku, dia langsung menuntunku turun dari tempat tidur dan
    berjalan masuk ke kamar mandi yang terletak disudut kamar.

    Di dalam kamar mandi, dikuncinya pintu kamar mandi. Kemudian dia menghidupkan kran bak mandi sehingga suara deru air agak merisik dalam ruang kecil itu.
    Tangannya dengan tangkas menanggalkan semua pakaian dan celanaku sampai aya telangjang bulat. Kemudian dia sendiripun melepas topi susternya,digantungnya di balik pintu, dan melepas beberapa kancing seragamnya sehingga aya sekarang dapat melihat bentuk sempurna payudaranya yang kuning langsat dibalik Bra-nya yang berwarna hitam. Kami pun melanjutkan cumbuan kami, kali ini
    lebih panas dan bernafsu. Saya belum pernah berciuman dengan wanita, namun Rie benar-benar pintar membimbingku.
    Sebentar saja sudah banyak jurus yang kepelajari darinya dalam berciuman.
    Kulumat bibirnya dengan bernafsu. Kelaminku yang berdiri tegak kudekatkan kepahanya dan kugesek-gesekkan. Ahh enak sekali. Tanganku pun makin nekat
    meremas dan membuka Bra-nya. Kini dia sudah bertelanjang dada dihadapanku, kuciumi puting susunya, kuhisap dan memainkannya dengan lidah dan sesekali menggigitnya. 

    "Yes, enak.. ouh geli steve, ah.. kamu pinter banget sih", desahnya seolah geram
    sambil meremas rambutku dan membenamkannya ke dadanya.
    Kini tangannya mulai meraih kelaminku, digenggamnya. Tersentak saya dibuatnya.
    Genggamannya begitu erat, namun terasa hangat dan nikmat. Saya pun melepas
    kulumanku di putingnya, kini kududuk diatas closet sambil membiarkan Rie
    memainkan kelaminku dengan tangannya. Dia jongkok mengahadap selangkanganku,
    dikocoknya kelaminku pelan-pelan dengan kedua tangannya.
    "Ahh, enak banget sus.. asik.. ahh... ahh..", desahku menahan agar tidak
    menyemburkan maniku cepat-cepat.
    Kuremas payudaranya saat dia terus mengocok kelaminku, sekarang
    kulihat dia mulai menyelipkan tangan kirinya diselangkannya sendiri, digosok-
    gosoknya tangannya ke arah kelaminnya sendiri.
    Melihat aksinya itu saya benar-benar terangsang sekali.
    Kujulurkan kakiku dan ikut memainkan kelaminnya dengan jempol kakiku. Ternyata
    dia tidak mengelak, dia malah melepas celana dalamnya dan berjongkok tepat diatas
    posisi kakiku.

    Kami saling melayani, tangannya mengocok kelaminku pelan sambil melumurinya
    dengan ludahnya sehingga makin licin dan basah, sementara saya sibuk menggelitik
    kelaminnya yang ditumbuhi bulu-bulu keriting itu dengan kakiku. Terasa basah dan
    sedikit becek, padahal saya cuma menggosok-gosok saja dengan jempol kaki.
    "Yes.. ah.. nakal banget kamu steve.. em, em, eh.. enak banget", desahnya keras.
    Namun suara cipratan air bak begitu keras sehingga saya tidak khawatir didengar
    orang. Saya juga membalas desahannya dengan keras juga.

    "Rie, karokein kelamin saya dong.. please.. saya kepingin banget", pintaku karena
    memang sudah dari tadi saya mengharapkan sedotan mulutnya di kelaminku seperti
    adegan film BF yang biasa kutonton.
    "Ih.. kamu nakal yah", jawabnya sambil tersenyum.
    Tapi ternyata dia tidak menolak, dia mulai menjilati kepala kelaminku yang sudah licin
    oleh cairan pelumas dan air ludahnya itu. Saya cuma bisa menahan nafas, sesaat
    gerakan jempol kakiku terhenti menahan kenikmatan yang sama sekali belum
    pernah kurasakan sebelumnya.
    Dan tiba-tiba dia memasukkan kelaminku ke dalam mulutnya yang terbuka lebar,
    kemudian dikatupnya mulutnya sehingga kini kelaminku terjepit dalam mulutnya,
    disedotnya sedikit batang kelaminku sehingga saya merasa sekujur tubuhku serasa
    mengejang, kemudian ditariknya kelaminku keluar.
    "Ahh.. ahh..", saya mendesah keenakkan setiap kali tarikan tangannya dan mulutnya
    untuk mengeluarkan kelaminku dari jepitan bibirnya yang manis itu.

    Kupegang kepalanya untuk menahan gerakan tarikan kepalanya agar jangan terlalu cepat. Namun, sedotan dan jilatannya sesekali disekeliling kepala kelaminku didalam mulutnya benar-benar terasa geli dan nikmat sekali.
    Tidak sampai diulang 10 kali, tiba-tiba saya merasa getaran di sekujur batang kelaminku. Kutahan kepalanya agar kelaminku tetap berada dsidalam mulutnya. Seolah
    tahu bahwa saya akan segera "keluar", Rie menghisap semakin kencang, disedot dan terus disedotnya kelaminku. Terasa agak perih, namun sangat enak sekali.

    "AHH.. AHH.. Ahh.. ahh", teriakku mendadak tersemprot cairan mani yang sangat kental dan banyak karena sudah lama tidak dikeluarkan itu kedalam mulut Rie.
    Dia terus memnghisap dan menelan maniku seolah menikmati cairan yang kutembakkan itu, matanya merem-melek seolah ikut merasakan kenikmatan yang kurasakan. Kubiarkan beberapa saat kelaminku dikulum dan dijilatnya sampai bersih,
    sampai kelaminku melemas dan lunglai, baru dilepaskannya sedotannya. Sekarang
    dia duduk di dinding kamar mandi, masih mengenakan pakaian seragam dengan kancing dan Bra terbuka, ia duduk dan mengangkat roknya ke atas, sehingga kini
    kelaminnya yang sudah tidak ditutupi CD itu terlihat jelas olehku. Dia mebuka lebar
    pahanya, dan digosok-gosoknya kelaminnya dengan jari-jari mungilnya itu. Saya
    cuma terbelalak dan terus menikmati pemandangan langka dan indah ini. Sungguh belum pernah saya melihat seorang wanita melakukan masturbasi dihadapanku secara langsung, apalagi wanita itu secantik dan semanis Rie. Sesaat kemudian kelaminku sudah mulai berdiri lagi, kuremas dan kukocok sendiri kelaminku sambil tetap duduk di atas toilet sambil memandang aktifitas "panas" yang
    dilakukan Rie.

    Desahannya memenuhi ruang kamar mandi, diselingi deru air bak mandi sehingga desahan itu menggema dan terdengar begitu menggoda.
    Saat melihat saya mulai ngaceng lagi dan mulai mengocok kelamin sendiri, Rie tampak semakin terangsang juga.
    Tampak tangannya mulai menyelip sedikit masuk kedalam kelaminnya, dan digosoknya semakin cepat dan cepat. Tangan satunya lagi memainkan puting susunya sendiri yang masih mengeras dan terlihat makin mancung itu.
    "Ihh, kok ngaceng lagi sih.. belum puas ya..", canda Rie sambil mendekati
    diriku.

    Kembali digenggamnya kelaminku dengan menggunakan tangan yang tadi baru saja
    dipakai untuk memainkan kelaminnya. Cairan kelaminnya di tangan itu membuat
    kelaminku yang sedari tadi sudah mulai kering dari air ludah Rie, kini kembali
    basah. Saya mencoba membungkukkan tubuhku untuk meraih kelaminnya dengan
    jari-jari tanganku, tapi Rie menepisnya.
    "Ngga usah, biar cukup saya aja yang puasin kamu.. hehehe", agak kecewa saya mendengar tolakannya ini.
    Mungkin dia khawatir saya memasukkan jari tanganku sehingga merusak selaput
    darahnya pikirku, sehingga saya cuma diam saja dan kembali menikmati
    permainannya atas kelaminku untuk kedua kalinya dalam kurun waktu 10 menit
    terakhir ini.

    Kali ini saya bertahan cukup lama, air bak pun sampai penuh sementara kami masih asyik "bermain" di dalam sana. Dihisap, disedot, dan sesekali dikocoknya kelaminku dengan cepat, benar-benar semua itu membuat tubuhku terasa letih dan basah oleh peluh keringat. Rie pun tampak letih, keringat mengalir dari keningnya, sementara mulutnya terlihat sibuk menghisap kelaminku sampai pipinya terlihat kempot. Untuk beberapa saat kami berkonsentrasi dengan aktifitas ini. Rie sungguh hebat pikirku, dia mengulum kelaminku, namun dia juga sambil memainkan
    kelaminnya sendiri.

    Setelah beberapa saat, dia melepaskan hisapannya.
    Dia merintih, "Ah.. ahh.. ahh.. saya mau keluar steve, saya mau keluar", teriaknyasambil mempercepat gosokan tangannya.
    "Sini sus, saya mau menjilatnya", jawabku spontan, karena teringat adegan film BF dimana pernah kulihat prianya menjilat kelamin wanita yang sedang orgasme dengan bernafsu.
    Rie pun berdiri di hadapanku, dicondongkannya kelaminnya ke arah mulutku.
    "Nih.. cepet hisap steve, hisap..", desahnya seolah memelas.

    Langsung kuhisap kelaminnya dengan kuat, tanganku terus mengocok kelaminku. Aku benar-benar menikmati pengalaman indah ini.
    Beberapa saat kemudian kurasakan getaran hebat dari pinggul dan kelamin nya.
    Kepalaku dibenamkannya ke kelaminnya sampai hidungku tergencet diantara bulu-bulu jembutnya. Kuhisap dan kusedot sambil memainkan lidahku di seputar kelentitnya.

    "Ahh.. ahh..", desah Rie disaat terakhir berbarengan dengan cairan hangat yang mengalir memenuhi hidung dan mulutku, hampir muntah saya dibuatnya saking banyaknya cairan yang keluar dan tercium bau amis itu. Kepalaku pusing sesaat, namun rangsangan benar-benar kurasakan bagaikan gejolak pil ekstasi saja, tak lama kemudian sayapun orgasme untuk kedua kalinya.

    Kali ini tidak sebanyak yang pertama cairan yang keluar, namun benar-benar seperti membawaku terbang ke langit ke tujuh.
    Kami berdua mendesah panjang, dan saling berpelukkan. Dia duduk diatas pangkuanku, cairan kelaminya membasahi kelaminku yang sudah lemas. Kami sempat berciuman beberapa saat dan meninggalkan beberapa pesan untuk saling merahasiakan kejadian ini dan membuat janji dilain waktu sebelum akhirnya kami
    keluar dari kamar mandi. Dan semuanya masih dalam keadaan aman-aman saja.

    Rie, adalah wanita pertama yang mengajariku permainan seks. Sejak itu saya sempat menjalin hubungan gelap dengan Rie selama hampir 2 tahun, selama SMA saya dan dia sering berjanji bertemu, entah di motel ataupun di tempat kostnya yang sepi. Keperjakaanku tidak hanya kuberikan kepadanya, tapi sebaliknya keperawanannya pun akhirnya kurenggut setelah beberapa kali kami melakukan sekedar esek-esek.

    Kini saya sudah kuliah di luar kota, sementara Rie masih kerja di Rumah sakit itu. Saya jarang menanyakan kabarnya, lagi pula hubunganku dengannya tidak lain hanya sekedar saling memuaskan kebutuhan seks. Konon, katanya dia sering merasa "horny" menjadi perawat. Begitu pula pengakuan teman-temannya sesama
    suster. Saya bahkan sempat beberapa kali bercinta dengan teman-teman Rie.
    Pengalaman masuk rumah sakit, benar-benar membawa pengalaman indah bagi hidupku, paling tidak masa mudaku benar-benar nikmat. Rie, benar-benar fantastis menurutku.

    *ingat ini hanyalah fiktif belaka, bila ada kesamaan cerita dan nama mohon di maklumi ;;)
    jangan lupa follow DelusiTEAM

    0 komentar

  • Copyright © 2013 - 48Corp's - 48 Corp's - Powered by Blogger - Designed by 48Corp's